
Setelah hampir menyentuh $106.000, harga Bitcoin mengalami koreksi pada 12 Mei. Namun, data pasar menunjukkan bahwa penurunan ini kemungkinan hanya bersifat sementara.
Poin Penting:
- Kemungkinan aksi ambil untung (de-risking) menjelang rilis data inflasi (CPI) AS pada 13 Mei bisa menjadi salah satu penyebab koreksi harga Bitcoin.
- Struktur pasar dan fundamental Bitcoin secara keseluruhan masih menunjukkan tren bullish, yang mengindikasikan bahwa penurunan ini bisa cepat pulih.
Pada 12 Mei, harga Bitcoin sempat jatuh ke level $102.388 setelah sebelumnya menyentuh titik tertinggi hariannya di $105.819 saat sesi perdagangan AS. Sekilas, penurunan ini tampak mengejutkan, apalagi mengingat berita-berita positif yang beredar hari itu.
Sejak Minggu malam (11 Mei), media arus utama ramai melaporkan kemajuan positif dalam perundingan dagang antara Amerika Serikat dan China yang sedang berlangsung di Swiss. Bahkan, Presiden AS Donald Trump merayakan hasil sementara dari kesepakatan tersebut melalui sejumlah unggahan di platform Truth Social.
Pengumuman Kesepakatan Dagang Sementara AS-China Dorong Pasar Saham, Bitcoin Ikut Catatkan Kemenangan Beruntun
Saat kabar mengenai kesepakatan dagang sementara antara AS dan China tersebar, pasar berjangka saham AS langsung melonjak tajam. Kenaikan ini terealisasi dengan reli 1.000 poin pada indeks Dow Jones di pembukaan pasar.
Namun, di luar perkembangan geopolitik tersebut, Bitcoin juga mencatatkan serangkaian pencapaian penting dalam dua minggu terakhir. Pada 12 Mei, CEO Strategy, Michael Saylor, mengumumkan pembelian 13.390 Bitcoin oleh perusahaannya. Dengan pembelian ini, total kepemilikan mereka kini mencapai 568.840 BTC.
Masih di hari yang sama, saham perusahaan layanan kesehatan KindlyMD melonjak hingga 600% setelah mengumumkan merger dengan Nakamoto Holdings, sebuah perusahaan investasi Bitcoin yang didirikan oleh David Bailey—penasihat kripto Presiden Trump saat ini.
Bulan April juga memperlihatkan tren serupa, di mana banyak perusahaan—baik dari AS maupun internasional—mengumumkan penambahan Bitcoin ke neraca keuangan mereka, memperkuat tren adopsi institusional.
Koreksi Harga Bitcoin Diduga Akibat Profit Taking dan Aksi De-risking
Meskipun adopsi Bitcoin semakin meluas, data dari Glassnode menunjukkan bahwa harga BTC mungkin akan mengalami masa konsolidasi jangka pendek. Ini terjadi setelah BTC mencatatkan kenaikan 9% dalam seminggu terakhir—mendorong sebagian investor untuk merealisasikan keuntungan (profit taking) dan mengurangi risiko (de-risking) menjelang rilis data inflasi (CPI) pada 13 Mei.

Analis On-Chain: Permintaan Baru Kuat, Tapi Momentum Lemah Bisa Picu Konsolidasi Harga BTC
Firma analis on-chain yang memposting grafik tersebut memberikan peringatan:
“Pemetaan suplai BTC menunjukkan adanya kekuatan yang konsisten dalam permintaan dari pembeli baru. Indikator RSI Pembeli Baru Bertama kali (First-Time Buyers RSI) tetap di level 100 sepanjang minggu. Namun, Pembeli Momentum masih lemah (RSI sekitar 11), sementara jumlah investor yang mulai ambil untung terus meningkat. Jika arus modal baru mulai melambat, kurangnya tindak lanjut bisa mendorong harga masuk ke fase konsolidasi.”
Di berbagai bursa kripto besar, mulai terlihat peningkatan aksi jual, baik di pasar futures perpetual maupun di pasar spot. Aksi jual ini terjadi seiring harga BTC naik dan menyentuh dinding penjualan (sell wall) di sekitar level $106.000.
Pedagang: Aksi Jual Bisa Jadi Upaya Kurangi Risiko Jelang Rilis Data CPI
Dari sudut pandang pedagang, sebagian aksi jual ini mungkin merupakan langkah derisking atau pengurangan risiko menjelang laporan inflasi CPI yang akan dirilis pada 13 Mei.
Selain itu, ada anggapan bahwa sentimen positif dari kesepakatan dagang Trump dengan China sudah sepenuhnya tercermin dalam harga (“priced in”), apalagi setelah Bitcoin gagal bertahan di atas $104.000 meskipun ada berita besar tersebut.
Bitcoin Gagal Mengikuti Reli Saham, Trader Mulai Tutup Posisi Jelang Rilis CPI
Menjelang kabar positif tentang perang dagang, Indeks Dolar AS (DXY) menguat dan indeks saham AS melonjak tajam. Namun, Bitcoin justru gagal menembus dan bertahan di kisaran $104.000 hingga $105.000 sebelum pasar saham AS dibuka.
Setelah bel pembukaan, Bitcoin juga tidak mampu mengikuti reli saham di sesi perdagangan New York. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian trader memilih untuk menutup posisi long yang sudah untung, baik karena ingin mengurangi risiko jelang rilis data inflasi CPI besok, atau karena mereka melihat minat beli (bid appetite) mulai bergeser ke level harga yang lebih rendah.

Sinyal Pasar Campur: Long Dilikwidasi, Short Dibuka, dan Pembelian Spot Jadi Sorotan
Pandangan ini tercermin dalam grafik di atas, yang menunjukkan open interest (jumlah posisi terbuka) meningkat dari jam ke jam, disertai lonjakan mendadak pada funding rate—mengindikasikan bahwa banyak posisi short yang dibuka, sementara posisi long mulai terlikuidasi.
Pembelian di pasar spot memainkan peran besar dalam reli harga Bitcoin pekan lalu. Namun, pengumuman akumulasi besar-besaran Bitcoin oleh Strategy pada 12 Mei dan arus masuk dana dari ETF spot BTC selama 7 hari terakhir kini menimbulkan pertanyaan baru:
Apakah minat beli seperti akhir April lalu akan berlanjut ke pekan ini?

Jika laporan inflasi (CPI) yang akan dirilis besok memberikan sinyal positif, ada kemungkinan besar pelaku pasar akan kembali masuk, baik melalui pasar spot maupun margin. Setelah pasar mencerna isi laporan tersebut, tren beli bisa kembali menguat.