
Investor Bitcoin kawakan yang juga seorang miliarder, Chamath Palihapitiya, mengajukan dokumen untuk mengumpulkan dana sebesar $250 juta (sekitar Rp4,1 triliun) melalui sebuah perusahaan “cek kosong” bernama American Exceptionalism Acquisition Corp A. Dana ini nantinya akan digunakan untuk berinvestasi pada perusahaan yang berfokus di sektor keuangan terdesentralisasi (DeFi), kecerdasan buatan (AI), energi, dan pertahanan.
Perusahaan ini merupakan jenis SPAC (Special Purpose Acquisition Company), yang berfungsi untuk mengakuisisi perusahaan swasta lain agar bisa melantai di bursa saham tanpa harus melalui proses penawaran umum perdana (IPO) yang rumit. SPAC ini akan dipimpin oleh Managing Partner Social Capital, Steven Trieu, sebagai CEO, sementara Palihapitiya akan bertindak sebagai chairman.
Mengapa Fokus pada DeFi?
Meskipun dikenal sebagai pendukung setia Bitcoin, Palihapitiya dan timnya kini berpendapat bahwa gelombang inovasi finansial berikutnya akan dipimpin oleh DeFi. Menurut mereka, DeFi memiliki potensi besar untuk menghubungkan pasar keuangan tradisional dengan teknologi blockchain.
Mereka menunjuk kesuksesan perusahaan stablecoin Circle Internet Group sebagai contoh. Circle menunjukkan bagaimana DeFi bisa “menghilangkan peran perantara” dalam sistem keuangan tradisional (TradFi) dan memberikan nilai lebih bagi nasabah melalui proses yang lebih cepat dan efisien. Meskipun mengakui jalan menuju penerimaan kripto secara luas memakan waktu, Palihapitiya meyakini bahwa hal itu “kini tampaknya tidak bisa dihindari.”
Rekam Jejak dan Tantangan
Dalam proyek SPAC sebelumnya, Palihapitiya memiliki rekam jejak yang beragam. Ia berhasil memimpin merger yang melahirkan perusahaan seperti SoFi Technologies, namun beberapa SPAC lainnya justru gagal dan dilikuidasi.
Proyek SPAC memang memiliki tantangan, seperti batas waktu ketat untuk menemukan perusahaan yang akan diakuisisi, sulitnya menemukan perusahaan dengan valuasi tinggi yang layak, dan pengawasan regulasi yang ketat.
Uniknya, langkah Palihapitiya untuk fokus di Amerika ini berbanding terbalik dengan pernyataannya dua tahun lalu yang menyebut industri kripto di AS “sudah mati.” Pernyataan itu muncul karena Palihapitiya menyoroti tindakan keras yang dilakukan oleh Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) di bawah kepemimpinan mantan ketuanya, Gary Gensler. Namun, dengan adanya kepemimpinan baru yang lebih ramah kripto di SEC, prospek investasi di sektor ini kembali membaik.